dalam lantunan syair ketidak pastian mengernyitkan mata silau diterpa kerlip gemerlap simfoni dunia menata noktah-noktah warna nan perlahan memudar mencari rona dibalik jeruji tajam kungkungan was was melirik-lirik dengan tiada henti berdegup kencang dalam ketukan bait-bait syair nan tak beraturan menghela nafas dalam dan memapah semangat untuk tak melayang hilang mengusap-usap relung jiwa dari penatnya perjalanan dengan lirih membisikkan kata tak berjawab kamu bisa... kamu pasti bisa. dengan lirih membisikkan tanya tak berjawab. kita bisa? kita pasti bisa?
Hari-hari yang berpendar redup silih berganti dengan kemilau terang Menapak-napak belukar, mencoba mencari-cari ujung jalan. Kias-kias kata penuh makna nan pernah dilontar tentang bait-bait penjinakan liarnya waktu. Seolah tak mampu menggerakkan jiwa untuk bekerja lebih keras. Seolah tak kuasa mendorong diri untuk berproses lebih cepat. Hingga ia, makin membuat diri menunduk ke bawah, menatap sendu bayang diri dengan malu. Tapi, kadang memang diri perlu dipaksa agar tak lama larut bermain-main bersama waktu. Agar tak berlama bermanja-manja dengan fatamorgana lapangnya waktu Yang sejatinya adalah sempit. Paksa diri bukan... bukan untuk bekerja lebih keras Bukan untuk berproses lebih cepat. Tapi paksa diri untuk segera berhenti bermain dan memulakan kembali perjuangan. Paksa diri untuk menyudahi menyuruk dibalik bayang-bayang paksa diri dengan Basmallah, menyebut nama Allah untuk segera memulai usaha menuntaskan tulisan demi tulisan dalam lembaran perjuangan. Ya, saat in...
Patah-patah doa nan dilantunkan mencoba mengantar harap dan semangat untuk juang nan sedang ditabuh dan dilarungkan untuk sebuah janji pengabdian Lelah dan gundah menjadi saksi keseriusan ditengah banyak alpa dan kekurangan Ya Rabb, ampunkan dan berilah hamba petunjuk dan keberkahan tebar-tebar semangat menjadi saksi untuk sebuah keseriusan walau progres masih jauh dari idealnya namun langkah tetap harus ditegapkan. Insya Allah esok lebih baik
Komentar
Posting Komentar